Senin, 29 Februari 2016

Sudah Baik kah Kita ?

Manusia, tempat salah dan lupa. Manusia, tempat hasrat dan nafsu. Manusia, tempat akal dan budi. Manusia, tempat akhlak dan ilmu. Lalu, manusia seperti apakah dirimu ? Aku ?

Manusia baik ? Bahkan kata 'baik' itu sendiri tidak ada batasannya. Lalu sebaik apa ?

Sebaik sang penolong dan penyelamat ? Sebaik sang pemberi kabar gembira ? Sebaik sang pemberi rizki dan rezeki ? Sebaik sang penyabar ? Sebaik sang pemaaf ? atau baik yang mana ?

Kadang, kita terlalu sibuk untuk mencari 'label' baik yang bahkan tidak akan pernah habis suatu perbuatan baik itu. Bahkan mungkin level baik kita masih kalah dengan level baik mereka yang lain.

Lalu apa gunanya label baik itu kalau kita sendiri tidak yakin 'sebaik itu kah kita ?' Lantas berhenti kah kita untuk menjadi baik ?

Pujian kata baik itu kadang membuat kita lupa, lupa bahwa baik itu tidak terbatas, lupa bahwa berarti masih ada hal baik lainnya yang belum dilakukan. Lalu sudah baik kah kita ?

Apa yang kita harapkan dari pengakuan orang lain atas kebaikan kita ? Bahkan nyatanya kita tidak sebaik itu, terkadang masih lupa.

Berbuat baik sejatinya tidak perlu pengakuan, tidak perlu label. Berbuat baik itu tidak terbatas, terhadap orang lain ataupun diri sendiri.

Sebelum orang lain, berbuat baiklah pada diri kita sendiri. Menuntun diri untuk semakin dekat kepada Sang Pencipta adalah salah satu hal sederhana yang dapat dilakukan.

Lalu apa yang aku lakukan ? Menyempurnakan diriku sebagai seorang muslim. Hijab. Sudah sempurna kah aku ? Belum. Sudah baik kah aku ? Belum.

Mengenakan hijab baru lah langkah awal dari sekian banyak langkah yang belum aku lakukan. Mengenakan hijab tidak lantas membuatku menjadi baik, karena hal-hal baik lainnya belum aku lakukan, karena hal yang tidak baik masih sering aku lakukan.

Apa aku berhenti untuk menjadi baik ? Tidak. Karena aku sadar, berbuat baik tidak akan pernah merugikan siapapun.