Sabtu, 30 April 2016

Kesempatan Kedua

Kesempatan kedua hanyalah milik mereka yang bersungguh-sungguh. Kalau tidak yakin, jangan coba-coba memohon kesempatan ini. Karena tidak akan ada kesempatan ketiga.

Tidak ada yang pernah tau apa yang Tuhan persiapkan untuk kita, apa yang sedang Tuhan rencanakan. Kita manusia hanya tau menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Menjalani sesuai dengan pemahaman kita. Bisa jadi hari ini gagal, hari ini melewatkan peluang emas, melewatkan orang yang tepat, melewatkan waktu sia-sia. Bagi Tuhan, masih ada hari esok untuk memulainya kembali, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi. Bagi Tuhan, setiap hari adalah kesempatan kedua, tidak ada habisnya kesempatan itu Dia berikan supaya kita menjadi lebih baik lagi. Tuhanmu sungguh Maha baik :)

Tapi bagaimana dengan manusia ? Bagaimana dengan kesalahan yang kita lakukan pada manusia ? Bagaimana dengan peluang yang terlewatkan terhadap manusia ? Masihkah kita punya kesempatan untuk memperbaiki ?

Manusia itu bukan Tuhan yang mampu memaafkan segalanya, memaklumi semua kesalahan yang kita buat. Manusia itu hanya makhluk ciptaan-Nya yang tentu terbatas hati dan pemikirannya. Bagi yang merasa punya hati seluas samudera, sebetulnya hatimu tidak seluas itu sih, pernah kecewa juga kan ?

Kabar gembiranya adalah manusia dibekali hati nurani yang mampu bersimpati dan memaklumi bahkan memaafkan kesalahan yang masih masuk batas toleransi. Seberapa batasnya ? Itu tergantung pribadi masing-masing. Bagi yang hatinya seluas samudera, bisa jadi batas toleransinya lebih luas juga. Maka disinilah tercipta Kesempatan Kedua, dengan syarat kesalahan tersebut adalah kesalahan pertama.

Banyak orang mengatakan, kesempatan itu hanya datang satu kali, kalau ada kesempatan kedua itu artinya anugerah ! Beruntunglah kalian yang diberi kesempatan untuk mencicipi anugerah tersebut.

Ada beberapa hal yang harus dipahami mengenai kesempatan kedua. Orang yang memberimu kesempatan itu tentu akan berbeda dalam memandang dirimu, dia menjadi lebih selektif. Jangan salahkan kalau orang itu bisa jadi berbeda sikap terhadapmu. Pada saat ini kesungguhanmu benar-benar diuji. Yakinkah kamu untuk berubah menjadi lebih baik dan memperbaiki kesalahanmu ?

Seiring berjalannya waktu, jika kamu mampu menunjukkan kesungguhanmu memperbaiki kesalahanmu, orang itu bisa jadi kembali memberi kepercayaan kepadamu. Tapi jika kamu hanya bermain-main saja dengan kesempatan kedua, maka tidak akan pernah ada kesempatan ketiga untukmu. Semua orang berhak untuk memperjuangkan yang terbaik dengan cara yang terbaik pula. Semua orang juga berhak memutuskan kepada siapa kesempatan kedua akan diberikan. Bijaksanalah.

Tentang Berbahagia

Tidak mengapa kalau hari ini harus menangis, tapi pastikan besok air mata itu sudah harus terseka. Syukurilah tiap bulir air mata yang jatuh itu, Tuhan masih mengijinkan untuk merasakan kesedihan. Tapi besok, mulailah berbahagia. Terlalu banyak hal yang luput untuk disyukuri.

Mengapa manusia bersedih dan murung ? Sedangkan dirinya menyadari bahwa segala sesuatunya sudah digariskan oleh Sang Pencipta. Suka atau tidak suka, ridho atau tidak ridho, tetap akan terjadi. Apa sebabnya kamu bersedih ? Kehilangan jabatan ? Kehilangan keluarga ? Kehilangan harta ? Kehilangan sahabat ? Kehilangan cinta ? Bukankah kamu tau saat ada 'selamat datang' pasti akan ada 'selamat tinggal', entah dengan cara yang bagaimana. Di dunia ini terlalu banyak hal yang fana dan tidak ada yang kekal.

Tidak mengapa sedih sebentar, toh itulah yang hatimu rasakan, tidak bisa ditolak. Tapi jangan berlarut-larut dalam kesedihan, banyak hal yang patut kita syukuri. Tuhanmu sudah menjanjikan, akan datang sesuatu yang lebih baik bagi mereka yang bersabar.

Mungkin hari ini kita gagal untuk bertahan pada kedudukan tertentu, percayalah Tuhan akan menggantinya dengan kedudukan yang lebih baik untukmu. Mungkin juga hari ini kita kita gagal mempertahankan cinta, percayalah Tuhan sudah menyiapkan cinta yang terbaik untukmu bila waktunya sudah tepat. Mungkin hari ini kita ditinggalkan selamanya oleh keluarga terkasih, percayalah Tuhan telah menyiapkan tempat terbaik untuk mereka, do'akanlah mereka selalu. Bersyukur dan bersabarlah, semoga kamu lebih mudah untuk berbahagia.

Iliya Abu Madhi berkata :
Wahai yang mengadu, tidak ada penyakit bagimu. Bagaimana kamu akan makan jika dalam keadaan sakit.
Bagi satu jiwa, sejelek-jeleknya taman di muka bumi adalah kala ia meninggal sebelum melakukan perjalanan panjang.
Engkau melihat duri dalam bunga indah, dan tidak melihat embun diatas mahkota bunga.
Yaitu beban kehidupan yang berat, bagi orang yang berpikir bahwa kehidupan itu beban yang berat.
Dan demi dirinya tidak dapat melihat keindahan. Dia tidak dapat merasakan keindahan dalam sesuatu yang ada.
Nikmatilah waktu pagi selama engkau bersamanya, jangan khawatir sang pagi pergi sebelum ia benar-benar pergi.
Jika kesedihan menaungi kepalamu, maka sedikitlah memikirkannya agar tidak terasa.
Anda akan menemukan hakekatnya seperti burung Rawabi, dimana ia berlindung dibawah naungan yang tidak diketahui.
Kamu tidak dapat melihatnya dan kebun milik dirinya, dia menjadikannya seperti area pentas dan bernyanyi.
(La Tahzan for Women)

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)." (QS. Al Baqarah [2] : 214).

Tegarkanlah dirimu. Kita tidak akan bertemu fajar tanpa melewati malam. Sepanjang apapun malam itu, pastilah akan tetap terbit fajar. Jangan berputus asa, karena putus asa akan mengeruhkan perasaan. Genggamlah erat harapan, karena dapat memudahkan kesulitan.

Ubahlah sedikit caramu memandang kehidupan, banyak sekali hal-hal positif yang dapat kita rasakan. Saat kamu merasa dunia begitu tak adil, lihatlah bagaimana seorang kakek tua menjajakan asongan agar dapat membeli sekilo beras untuk keluarganya, sedangkan kamu hanya tinggal siap di meja makan. Syukurilah hal yang telah Tuhan tetapkan untukmu. Sekecil apapun hal itu, se sepele apapun itu. Kamu akan lebih merasa damai dan lebih mudah berbahagia.

Bahagia itu bukan karena apa yang diberikan orang lain. Bahagia itu kita sendiri yang ciptakan. Bagiku, bahagia itu sesederhana melihat senyum tulus kedua orangtuaku, sesederhana melakukan kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain, sesederhana melihat tumbuhnya harapan di hatimu,  sesederhana mengikhlaskan dan memaafkan masa lalu. Jangan terlalu tinggi mematok level bahagia. Hidupmu terlalu singkat untuk memilah-milah kebahagiaan. Tegar dan janganlah berputus asa, jalanmu masih panjang.

Jumat, 29 April 2016

Jika

Tuhan, jika untuk dapat naik satu level harus belukar yang kuhadapi, maka dengan kaki berdarah-darah pun aku akan tetap berjalan.
Tuhan, jika untuk menjadi lebih tinggi harus air mata yang aku tumpahkan, maka akan kubiarkan menetes dan tetap bertahan.
Tuhan, jika untuk menguji keteguhan harus dengan kehilangan, maka dengan ikhlas akan kurelakan.
Tuhan, adakah dibalik rintangan sebuah kemudahan ?
Tuhan, adakah diantara gulita satu cahaya terang ?
Dan akankah ada jalan yang dapat kujejaki tanpa duri ?
Dan jika aku terjatuh, akankah bintang-bintang membawa mimpiku dari langit ?
Andai jika matahari membagi sedikit cahayanya, niscaya tidak ada manusia yang terperangkap dalam gelap.
Tapi Tuhan, bukankah niat yang sedang Kau uji ?
Maka Tuhan, akan aku luruskan niatku, janjiku, keteguhanku.
Karena Rabb ku tidak pernah menguji manusia melebihi batas kemampuannya.
Karena Rabb ku tidak pernah mengingkari takdir-Nya.
Karena Rabb ku tidak akan meninggalkan hamba-Nya.

Kamis, 28 April 2016

Sepenggal Isi Hatiku, Semoga Kamu Mengerti

"Aku paham, hakikat memperbaiki diri dan memantaskan diri. Menyelesaikan urusan dengan diri sendiri, barulah ada ruang untuk orang lain."

Ini semua bukan sekedar soal perjuangan, tapi juga kesiapan. Sudah siapkah kamu untuk mempercayakan hidupmu padaku ? Sudah siapkah kamu untuk berjuang bersamaku ? Sudah siapkah kamu untuk berjalan berdampingan denganku ? Aku tau betul isi hatimu, masih banyak hal yang ingin kamu lakukan, banyak hal yang ingin kamu pelajari. Hal-hal yang katamu tidak bisa kamu lakukan dengan keberadaanku.

Seandainya kamu yang menanyakan hal itu, bahkan selama aku bersamamu kamu sudah tau jawabannya. Berkali-kali aku sudah katakan padamu, aku mau mendampingimu untuk berjuang bahkan saat kondisi terburukmu. Aku mau terus memperbaiki diriku agar bisa menjadi pendamai hatimu. Aku mau berjalan berdampingan denganmu, bahkan rela menunggu dan menuntunmu. Karena aku masih memiliki harapan, aku percaya suatu saat kamu akan mampu menuntun jalanmu sendiri.

Tapi aku mengerti, aku sungguh paham keadaanmu. Kamu belum sekuat itu untuk membagi fokusmu dengan hal-hal lain. Kamu belum selihai itu membagi waktu untuk berbagai pekerjaanmu. Jadi tidak masalah kalau hari ini aku harus berjuang sendirian, aku cukup mampu melakukan itu. Lepaskanlah, jalani hidupmu yang mungkin lebih baik tanpa diriku. Aku sungguh peduli padamu, lakukanlah apa yang menurutmu baik untukmu. Setulus itu aku padamu, bahkan bukan aku lagi yang menjadi fokusku, kamu.

Berhentilah mengenang waktu yang lalu, semua itu hanya akan menghambat langkahmu. Jangan sampai keputusan yang kamu buat ini tidak berdampak apapun dalam hidupmu. Aku tau, tidak mudah untukmu membuat keputusan ini.

Ikhlaskanlah, lepaskanlah. Ini semua sudah menjadi keputusanmu. Sebagaimana aku mengikhlaskan semuanya, memaafkan semuanya. Aku dan dirimu sama-sama berhak untuk mendapat kedamaian.

Sayang, janganlah kamu mengharapkan yang sudah berlalu, berharaplah yang terbaik untukmu. Taukah kamu ? Bahkan mereka yang sudah merencanakan janji suci pun bisa diputus jalannya begitu saja oleh Tuhan. Apalah kita yang masih bermain dengan api asmara.

Suatu saat, jika memang Tuhan menghendaki, bisa jadi kita akan dipertemukan kembali. Pada waktu, tempat, dan kondisi yang paling tepat. Saat dirimu dan diriku sudah sama-sama selesai dengan urusan masing-masing. Saat dirimu sudah lebih mampu mengemban tanggungjawab di pundakmu. Saat aku sudah lebih bijaksana memandang kehidupan. Bersabarlah.

Tapi jika Tuhan tidak berkenan, akan ada orang lain yang mampu mengisi hari-harimu ataupun hari-hariku. Mohonlah yang terbaik, maka Tuhan akan memberikan yang terbaik untukmu. Siapapun itu, apapun itu.

Jadi, kembalilah pada tujuanmu. Mulailah melangkah dan iringilah dengan rasa syukur. Ingatlah untuk selalu bersyukur atas apapun yang terjadi dalam hidupmu. Semua itu sudah digariskan oleh Tuhan, pemilik skenario terbaik. Aku mendo'akanmu, semoga kita senantiasa menjadi orang yang beruntung. Tersenyum dan berbahagialah, jalanmu masih panjang.

Rabu, 27 April 2016

Untuk Diriku di Masa Depan

Apa kabar ? Sudahkah kamu berbahagia dan bersyukur hari ini ?

"Semoga kamu selalu diberi kesehatan dan sudah menjadi wanita tangguh yang sepenuhnya. Aku saat ini masih jatuh bangun untuk menempa diriku agar bisa setangguh dirimu. Saat ini aku masih mencari-cari celah untuk membangun kehidupanku supaya bisa menikmati hidup seperti yang kamu lakukan. Kadang aku ingin menangis dan melarikan diri, tapi kuurungkan itu semua, karena aku berkaca padamu yang mampu menyeka air mata dan tetap berdiri tegar. Sungguh betapa aku mengagumi jiwamu yang begitu tegar dan lembut, yang pun tak pernah sedetikpun tidak mensyukuri segala nikmat yang Tuhan berikan. Adakah dirimu menyimpan suatu kegelisahan ?"

Mungkin percakapan seperti itu yang aku harapkan darimu di masa depan. Berharap kehidupanmu sudah jauh lebih baik dariku. Semoga dirimu sudah betul-betul siap untuk berjuang dengan pemikiranmu yang lebih dewasa. Percayalah padaku, apapun yang kamu perjuangkan saat ini aku pun juga memperjuangkannya.

Aku telah melewati banyak hal yang bisa jadi adalah alasan apa yang sedang kamu lakukan saat ini. Aku percaya setiap langkah yang kuambil selalu memiliki alasan dan kusertakan do'a didalamnya. Jadi jangan kamu sibuk menyesali apa yang telah terjadi, sedang terjadi, atau akan terjadi nanti. Kita sama-sama tau, hakikat melakukan yang terbaik dan biarkan Tuhan mengatur sisanya.

Urus saja dirimu di masa itu. Biarkan aku berusaha keras untuk menjadi pondasimu agar kamu tidak mudah goyah. Kalau kamu kembali pada masaku, kamu pun akan tetap melakukan hal yang sama sepertiku. Fokuslah dengan tujuanmu, dan tataplah masa depan.

Aku di masa ini sedang berusaha memperbaiki diriku, mengindahkan jiwaku, mengasah pemikiranku. Aku harap dirimu sudah lebih ahli melakukan hal-hal itu. Kecintaanku pada kebaikan tidak akan pernah berubah, maka jangan sekali-kali kamu merusaknya dengan kebencian. Jadikanlah agama, keluarga, dan orang-orang yang mencintaimu pengingat tujuan hidupmu, karena itu yang selalu aku lakukan pada masa ini.

Aku masih memiliki banyak pertanyaan atas perjalanan hidupku, semoga saat itu kamu sudah memiliki jawabannya. Kalau kamu belum memilikinya, ingat-ingat lagi pertanyaan-pertanyaan itu dan tanyakan pada dirimu di masa berikutnya. Semoga suatu saat kita sama-sama mendapatkan jawabannya.

Aku sangat mencintai diriku, bahkan ketidaksempurnaanku. Jadi jangan sekali-kali kamu menghardik dirimu sendiri. Maafkanlah diriku di masa ini dan bersyukurlah atas dirimu di masa itu.

Jadi untuk diriku di masa depan, ingatlah bahwa aku selalu percaya padamu. Tuhan maha baik dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Jadi berjuanglah dan gunakan sisa waktumu untuk melakukan kebaikan dan bermanfaat. Itu pula yang akan kulakukan saat ini. Tetaplah menjadi  diriku dengan versi yang lebih indah. Aku hanya bisa menggantungkan harapan padamu, bukan diriku yang sebelumnya, bukan diriku yang saat ini. Karena saat ini aku harus bertindak untuk menjadi dirimu yang lebih matang.

Selasa, 26 April 2016

Wahai Jiwa yang Masih Mencari Jati Diri

"Pilihlah putih. Karena abu-abu cenderung pada kegelapan. Sedangkan hitam, takkan menyelamatkan"

Aku tau, rasanya menjadi jiwa yang masih saja sibuk berkelana. Aku tau, rasanya menyebalkan menjadi jiwa yang tidak punya pendirian. Aku tau, bagaimana saat mereka yang lain menertawakan jiwa yang tak punya arah tujuan ini. Aku tau, bagaimana pandangan mereka atas jiwa yang mungkin belum memiliki masa depan. Aku tau, karena aku pernah menjadi jiwa itu.

Berapa usiamu saat ini ? Saat orang lain mulai mempertanyakan kematangan dirimu. Lanjut kuliah dimana ? Kapan lulus ? Kerja dimana ? Kapan nikah ? Jiwamu yang masih menggebu-gebu itu enggan sekali menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Seolah pertanyaan-pertanyaan itu menghancurkan fantasimu akan petualangan baru yang ingin kamu lewati. Seolah jiwamu itu tidak siap untuk membicarakan kenyataan yang kamu tau persis suatu saat pun akan menjadi bagian hidupmu.

Wahai jiwa yang belum tetap hatinya. Kemanakah kamu akan membawa petualangan cintamu itu ? Berapa banyak lagi pelabuhan hati yang masih ingin kau singgahi ? Bukankah pelabuhan kemarin sudah cukup teduh untuk tempatmu berlabuh ? Apalagi yang kamu cari ? Jiwamu seakan tidak mengenal kata 'berhenti' dan terus mencari yang bahkan kamu sendiri tidak tau apa yang kamu cari. Panggilan jiwamu membawamu terus mengikuti keinginannya. Dimanakah akan kau sematkan tali kapalmu dan kau turunkan jangkarmu untuk berlabuh selamanya ?

Wahai jiwa yang menginginkan kebebasan. Tidakkah kamu sadari, kamu tidak akan pernah benar-benar bebas, Tuhan selalu mengawasimu bahkan disaat nyawamu berada di alam mimpi. Apa arti kebebasan kalau diri kita sendiri tidak bebas untuk memiliki dan mengatur kehidupan. Pemilik skenario terbaik adalah Tuhanmu yang membawamu sampai pada adegan ini. Kebebasan yang kamu elu-elukan itu tidakkah hanya sebuah alasan untuk melarikan diri dari kenyataan ? Kenyataan bahwa jiwamu belum siap menanggung realita masa depan.

Wahai jiwa yang egonya tinggi. Sudahkah kamu melihat sekelilingmu ? Bahwa di sekitarmu bukan hanya kamu yang diijinkan tinggal di dunia ini. Tataplah mata-mata tulus mereka, tataplah dengan mata hatimu, tidakkah kamu melihat harapan besar atas dirimu didalam mata itu ? Tidakkah kamu menyadari berapa banyak air mata yang dicucurkan dalam setiap do'a dengan menyebut namamu ? Bahkan jiwamu masih meronta, menutup hati dan menutup telinga atas ketulusan itu.

Wahai jiwa yang tak tau arah tujuan. Kakimu hanya kamu langkahkan sembarangan, berhenti saat belum waktunya berhenti, berjalan saat belum waktunya berjalan. Berharap jiwamu yang masih lemah itu menuntunmu ke jalan yang benar. Jiwamu yang sekarang tidak akan pernah sampai membawamu ke tujuan. Jiwamu terlalu sibuk untuk bermain dengan kehidupan.

Wahai jiwa yang masih mencari jati diri. Aku meninggalkanmu dari keabu-abuan yang cenderung pada gelap. Aku melangkahkan kakiku menuju putih yang lebih terang. Aku berkaca pada diriku atas pencapaianku, dan aku harus meninggalkanmu. Belum ada satupun yang berhasil kuraih, belum ada satupun dari hidupku yang membaik. Aku meninggalkanmu dan memantapkan hatiku untuk menjadi jiwa yang lebih tangguh. Aku meninggalkanmu karena waktu, waktu ku yang terbatas diijinkan tinggal di dunia ini. Aku meninggalkanmu karena nurani, menyadari betapa tulusnya air mata yang mereka tumpahkan untuk kebaikan diriku. Aku meninggalkanmu karena hati yang merindukan pelabuhan untuk tempatku bersandar. Aku meninggalkanmu karena aku, jiiwaku bisa lebih baik dari ini, hidupku bisa lebih bermanfaat dari ini. Karena aku menginginkan masa depan, sama seperti mereka yang lain.

Wahai jiwa yang masih mencari jati diri. Sudahkah kamu mulai memikirkan masa depan ?

Mimpi dan Harapan

"Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, kau akan jatuh diantara bintang-bintang." - Ir. Soekarno

Pagi adalah waktu yang paling saya nantikan. Karena bertemu dengan pagi berarti satu lembaran baru kembali terbuka untuk dituliskan. Pagi berarti satu malam yang gelap kembali terlewati, mengubur semua kisah dan memori di hari kemarin. Pagi bersama cahaya matahari membawa harapan baru akan hidup yang lebih indah. Harapan akan masa depan, harapan akan kejayaan, harapan akan cinta, harapan akan kedamaian.

Setiap hari, di setiap pagi baru yang menyapa, tumbuh tunas-tunas harapan baru. Harapan lain yang bahkan belum sempat menutup harapan sebelumnya. Seolah membawa janji kehidupan yang lebih indah.

Tuhan menciptakan hati manusia untuk dapat terus merasakan, merasakan sebuah kinginan dari dalam diri, dan diwujudkan dalam bentuk harapan. Hati yang lembut mengharapkan kebaikan atas kehidupan, hati yang keras mempertanyakan keadilan.

Selama manusia masih bernyawa dan memiliki rasa, selama itu pula harapan akan terus tumbuh. Harapan akan terus mengakar dan menjadi bagian dari hidup manusia. Mengantarnya menuju mimpi-mimpi yang dinantikan. Memberikan ketentraman dalam hati akan hal yang belum pasti. Memberi keyakinan untuk tetap melangkahkan kaki walau tidak semudah yang dibayangkan.

Simpanlah harapan dengan baik dalam hatimu, maka selama itu pula kamu akan yakin Tuhan-mu telah mengatur segalanya untuk kebaikan hidupmu.

Suatu hari harapanmu akan pencapaian mimpi-mimpimu akan terjawab. Jangan pernah lupa untuk bermimpi. Bermimpilah, dan kamu akan merasakan hidup menjadi lebih berwarna. Bermimpilah, dan kamu akan merasakan hidupmu lebih bermakna.

Apapun yang kamu impikan, jangan pernah terlupakan. Sesibuk apapun kamu, sejauh apapun kamu melangkah, sesulit apapun hidupmu, tetap genggam eratlah impianmu. Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada mimpi-mimpinya. Yang membedakan satu orang dengan orang lainnya, adalah seberapa besar impiannya.

Percayalah, Tuhan akan menolong umatnya yang senantiasa berusaha dengan sabar dan ikhlas. Tuhan hanya tidak akan menolong umatnya yang tidak mau menolong dirinya sendiri.

Bermimpilah dan teruslah berharap. Semua akan indah pada waktunya :)